‘Pacaran’ dalam Pandangan Tokoh Masyarakat Bangkalan

oleh -328 views
Pacaran, Pandangan, Tokoh, Bangkalan
Illustrasi Pacaran

LEAD.co.id | Pacaran merupakan sebuah Fenomena yang sudah menjalar di kalangan remaja, tidak hanya di kota, di desa pun kebiasaan buruk tersebut sudah bukan menjadi sebuah beban pikiran bagi remaja-remaja akhir-akhir ini.

Sholeh Abdi Jaya, Ketua Umum Pemuda Madura Bersatu mengungkapkan bahwa, pacaran sebenarnya sebuah tantangan bagi generasi saat ini, terlebih pada golongan santri. Menurut dia, yang menjadi salah satu penyebab pacaran adalah teknologi, dan ini tantangan juga bagi kita.

Karenanya, kata Sholeh, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir wabah tersebut adalah, menanamkan tujuan mencari ilmu dan selanjutnya peraturan pesantren.

Di pesanten setidak-tidaknya HP harus benar-benar dilarang karena itu adalah akses untuk membangun komunikasi ke luar. Namun prioritas utamanya yang harus ditanamkan adalah masalah imam, tujuan hidup dan tujuan mondok itu sendiri apa?.

“Kalau tujuannya sudah jelas maka targetnya harus membawa ilmu dan fokus belajar. Maka, insyaalloh HP tidak akan mempengaruhi psikologis Santri itu sendiri, karena memang bukan waktunya,” terangnya.

Dikatakan Sholeh, ketika santri sudah terjerumus ke dalam pacaran maka harus dibina, diluruskan niatnya, karena perjalanan hidup ini akan kehilangan arah ketika niatnya salah. Adapun yang harus membina adalah seniornya, harus didekati. Senior tidak boleh jauh dari juniornya karena itu tanggung jawab kakak menyelamatkan adiknya.

Baca :  Karang Taruna PDBB Gelar Festival HUT RI ke-76

Sholeh juga memaparkan bahwa, junior adalah tanggung jawab senior, sebab, mereka adalah tunas-tunas bangsa. Mereka, lanjutnya, yang akan melanjutkan perjuangan dan yang harus membina lagi adalah pesantren, orang tua, dan sesama santri.

“Santri adalah aset berharga bagi Bangkalan, terlebih Santri Darussholah Pusat An-Nawawiyah (Pakong), karena saya lihat santri pakong itu berbeda dengan santri-santri yang lain. Hal ini mungkin juga dikarekanan ijtihad pengasuh untuk mencetak generasi harapan masyarakat,” ungkapnya kepada Reporter OASIS, di Bangkalan pada pekan lalu (27/9/2020).

Sementara itu, Idrus Syamsi, S. Pd salah satu tokoh Karang Taruna Desa Dabung juga merasa miris dengan realita zaman sekarang yang sudah lagi tidak ada batasan pergaulan antara lawan jenis, sehingga pacaran sudah tidak lagi menjadi sebuah persoalan.

Tidak jauh berbeda, beliau juga menjelaskan bahwa, yang menjadi pandemi itu tidak lain dari kondisi dan situasi sosial yang saat ini antara santri sendiri dan juga di masyarakat. Dia heran karrna pacaran sudah tidak dianggap tidak tabu lagi.

Baca :  Lord Rangga Sunda Empire Meninggal Dunia

Makanya untuk sistem pendidikan yang paling baik tidak ada lagi selain pesantren yang bisa menangkal virus-virus yang berkaitan dengan pacaran tadi, yang sudah menjadi rahasia publik bahwa tidak sedikit yang terkadang sampai terlewat batas, dan sebenarya faktor berpacaran selain karena faktor internal keinginan atau sifat kurang kontrol diri atau penjagaan dari orang tua, hal itu juga karena faktor eksternal yang terlalu mudah mengakses komunikasi keluar.

“Sistem pendididkan pesantren yang lebih menitik beratkan pada aturan aturan yang ketat sehingga santri betul-betul bisa fokus pada nilai nilai agama, dan meminimalisir kemungkinan negatif dewasa ini,” tuturnya saat di Wawancarai oleh OASIS, di Bangkalan beberapa waktu lalu (29/9).

Dan mengenai santri yang sampai melakukan perbuatan asusila, menurutnya, perbuatan itu bagi masyarakat Madura masih dianggap aib. Karenanya, ketika santri yang mempunyai nilai-nilai agama masih melakukan seperti itu, dipastikan mereka tidak mempunyai pegangan agama, serta telah mecoreng almamater organisasi dan Yayasan. Menurut Idrus, walaupun santri tersebut mempunyai ilmu, katakanlah menguasai ilmu tafsir atau hadtis maka daya jualnya terhadap masyarakat akan sangat murah dan bahkan tidak laku.

Baca :  Ampera Ajak Disdik Korwil Konang Benahi Pendidikan

“Makanya jangan sampai santri melakukan hal hal yang menyimpang hukum agama, dan ketika keluarpun untuk tidak terjerumus ke perkara tersebut. Santri tidak terlepas dari kepandaianya mencari teman yang dapat dijadikan panutan atau setidaknya bisa diajak sharing agama,” paparnya.

Selain dari kedua tokoh masyarakat diatas, kegelisahan mengenai maraknya pacaran juga dirasakan oleh Saidi SPd.i, Kepala Sekolah di desa Daleman Bangkalan. Dia menyampaikan bahwa, dampak dari kemajuan zaman ini sangat berpengaruh pada perjalanan para generasi penerus bangsa. Terlebih bagi santri, sudah menjadi berang tentu tidak memegang HP atau berkomunikasi dengan lawan jenis, sehingga lebih mudah untuk terjerumus.

“Santri-santri yang pulang dari pondok ingatlah pesan-pesan yang disampaikan oleh kiyai dan guru-gurunya supaya hati-hati karena santri yang hati-hati itulah yang tidaka akan terjerumus dan bisa kita jadikan panutan,” pungkasnya.

Reporter: Sally Sumeke
Editor: Aru Prayogi
Sumber: OASIS: Pers Pelajar MA Darussalam, Pakong, Bangkalan [Hannan]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *