Oleh: Shinta Octavia
Akankah mimpi Indonesia menjadi lumbung pangan 2045 dapat terwujud?. Pertanyaan itu mungkin bergejolak bagi sebagian orang yang memandang “miring“ terhadap keberhasilan dunia pertanian, namun mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan 2045 bukan mimpi jika semua elemen saling bersinergi.
Meningkatnya jumlah penduduk, menurunnya minat generasi muda menjadi petani, berkurangnya lahan pertanian serta belum menjadi primadonanya sektor pertanian menjadi salah satu faktor mengapa lumbung pangan dunia 2045 membuat sebagian orang menjadi pesimis.
Kondisi saat ini memang pertanian di dominasi oleh petani tua jika tidak ada regenerasi maka tidak mustahil sampai 20 tahun mendatang Indonesia akan kekurangan petani. Jika hal itu terjadi Jangankan menjadi lumbung pangan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri saja syukur alhamdulilah.
Seperti di kutip dalam republika online (11/4/2020) Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia meningkat 1,3 persen setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk otomatis akan meningkatkan kebutuhan pangan.
Persoalan pangan tidak semata menjadi domain tanggung jawab pemerintah namun perlu melibatkan dan memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Selain itu perlu ada sinergitas antara, penyuluh pertanian, aparat ketahanan pangan pusat dan daerah serta petani, tidak hanya petani tua tetapi petani milenial diharapkan turut berkontribusi dalam mengatasi urusan pangan.
Kebangkitan pertanian harus dilakukan dengan bangkitnya petani dan penyuluh, bahkan sejumlah negara maju membuktikan bahwa keberhasilan pertanian ditentukan oleh kemampuan dan kompetensi SDM. Hal itu di ungkap oleh Kepala Badan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi yang dikutip dalam republika online (11/4/2020).
Jika semua elemen bersinergi dan banyak generasi muda yang terjun menjadi petani, tidak mustahil indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia. “Lumbung Pangan Dunia 2045 Bukan Mimpi”.
Penulis adalah Humas Pustaka Kementerian Pertanian