Menarik Panik

oleh -158 views
Corona, menarik, panik
Royyan R. Djayusman

Oleh : Royyan R. Djayusman

Pada saat ini mayoritas kita terfokus pada penyebaran virus Covid-19 (Corona) dengan respon yang berbeda-beda, mulai dari respon yang paling ekstrem seperti ‘super’ panik sampai dengan yang ‘terlihat’ cuek atau pasrah. 

Tulisan ini sebagai bahan muhasabah bagi penulis, dan mungkin bermanfaat bagi rekan-rekan semua, khususnya sebagai gambaran bagaimana seorang mukmin menghadapi situasi seperti saat ini.

Berdasarkan data WHO United Nations, sampai dengan tanggal 13 Maret 2020, terlihat peningkatan yang sangat tajam pada jumlah penderita virus Corona. Jumlah terbesar, selain China, terdapat di negara Italia sebanyak 17.611 kasus, diikuti Iran (11.364), Korea Selatan (8.084), Spanyol (4.231), dan Perancis (3.625). 

Meskipun demikian, kita masih dapat bersyukur karena kita tidak sedang berada/tinggal di kelima negara tersebut. 

Terdapat, paling tidak, dua hal yang dapat direnungkan terkait kasus ini, yaitu:

Pertama, dengan melihat fakta di atas, sangat penting bagi kita, sebagai Mukmin, untuk tetap ‘berusaha’ menjaga diri dan keluarga kita agar dapat terlindungi dari penularan virus tersebut. Usaha (ikhtiar) merupakan bagian dari rasa syukur dan tawakal kita dalam kehidupan ini. 

Baca :  Cekal Corona, DD Jatim Sterilisasi Masjid di Surabaya

Dalam riwayat hadits yang masyhur, diceritakan bahwa seorang sahabat diingatkan untuk mengikat unta miliknya sebelum masuk ke masjid, lalu layak untuk ber- ‘tawakal’. Riwayat ini menjelaskan bahwa kita harus berusaha sebelum berserah diri kepada Sang Pencipta. 

Usaha yang sangat mungkin untuk dilakukan saat ini adalah dengan mengikuti semua arahan dari otoritas setempat (pemerintah, universitas, komunitas, dsb.). 

Sebagai contoh, kebijakan pada masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabatnya, yaitu larangan berpergian ke tempat wabah penyakit berada, dan tidak keluar dari sebuah tempat, di mana wabah telah terjadi. 

Upaya lainnya yaitu menjaga kebersihan, kesehatan dan imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan/suplemen kesehatan seperti buah-buahan, madu, habbah sauda, minyak zaitun, wedang jahe, uwuh, dsb. 

Baca :  Corona Varian Baru: Indonesia Tutup Sementara

Kedua, corona pandemic, dalam carapandang (worldview) Mukmin, adalah sebuah ujian. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran (2:155), yang intinya adalah Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan menguji kita dalam bentuk (ujian) ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kematian dan kelangkaan buah-buahan (makanan). 

Paling tidak, yang paling kita rasakan saat ini adalah ujian ‘ketakutan’. Namun, cara untuk lulus ujian tersebut disebutkan pada ayat berikutnya, yaitu dengan ber-‘Sabar’ (berilah kabar baik kepada orang-orang yang bersabar). 

Apa itu sabar dan bagaimana bersabar, dijelaskan pada ayat selanjutnya yaitu mereka yang ketika mendapatkan musibah mengatakan ‘kami adalah benar-benar milik Allah, dan sebenarnya kepada-Nya kami kembali’. 

Kemudian ditegaskan bahwa mereka benar-benar akan mendapatkan berkah dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka termasuk yang mendapatkan hidayah (petunjuk yang benar). 

Selain itu, dalam menghadapi ujian dan musibah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita untuk berdoa setiap pagi dan petang (ma’tsurat), yang jika diamalkan akan terhindar dari musibah, salah satu doanya adalah “ya Allah, sehatkanlah badanku,  ya Allah, sehatkanlah pendengaranku, ya Allah, sehatkanlah penglihatanku”.

Baca :  WHO Selidiki Asal Usul Virus Corona di Wuhan

Pada intinya, ketika kita diberi ujian, hakikatnya, Tuhan sedang melihat dan menunggu, apakah dengan ujian kita akan mengingat dan mendekat kepada-Nya atau lebih disibukkan dengan sesuatu selain-Nya.

Sebuah kondisi yang normal, apabila kita takut/gelisah/resah dalam menghadapi ujian ini, namun apakah kita tidak lebih takut, apabila termasuk yang dinyatakan tidak lulus dalam ujian tersebut? _Wallahu A’lam bishawab_. 

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kelulusan dalam menjalani ujian ini, serta diberikan keselamatan di dunia dan akhirat. Amin. 

*doa ma’tsurat tersedia di playstore.

London, Winter 2020

_Royyan R. Djayusman_

Penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral di Kingston University London 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *