Internet Dibatasi, Jurnal Mahasiswa Jadi Sumber Informasi di Myanmar

oleh -61 views
Internet, Jurnal, Mahasiswa Myanmar, Pers Mahasiswa, Informasi, Kudeta Myanmar
Para aktivis menyebarkan jurnal Molotov di sebuah pasar di Yangon usai pembatasan internet di Myanmar [File: Myanmar Now]

LEAD.co.id | Para aktivis di Myanmar beralih ke jurnal cetak sebagai sumber informasi pergerakan protes anti-kudeta. Jurnal jurnal ini diterbitkan oleh aktivis mahasiswa sejak akhir Maret 2021 seiring pembatasan akses internet oleh pihak militer.

Dengan arus informasi yang terus melambat di seluruh negeri, jurnal politik cetak telah menemukan relevansi baru sebagai sarana untuk memperkuat seruan untuk demokrasi.

Para pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar kini beralih ke media yang disukai oleh generasi aktivis sebelumnya untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan kekuasaan militer.

Jdul-judul seperti Towards, Molotov, The Voice of Spring, dan The Milestone of Spring, jurnal-jurnal ini juga merupakan ekspresi harapan radikal dari sebuah generasi yang bertekad untuk merebut kembali kebebasan relatif selama dekade terakhir.

“Akses internet menjadi sulit dan media dibatasi. Dalam situasi seperti ini, kami harus mengikuti cara-cara kuno,” kata mantan anggota serikat mahasiswa kepada organisasi independen Myanmar Now.

Baca :  Kudeta Myanmar: Aktivis Serukan Pembangkangan Sipil

Jurnal “Molotov”, mengambil nama dari bom bensin yang telah digunakan di beberapa protes untuk mengusir pasukan rezim bersenjata berat yang menindak unjuk rasa damai ini muncul pada 1 April.

Para aktivis muda yang menerbitkan jurnal tersebut membahas masalah yang sama yaitu penindasan junta dan pemadaman internet seluler yang diberlakukan di seluruh negeri sebagai alasan untuk menerbitkannya.

Mereka menjelaskan bahwa, tujuanya adalah untuk membuat masyarakat umum mendapat informasi, terlibat, dan untuk berbagi teknik perlawanan.

Di antara yang pertama adalah Towards, jurnal tujuh halaman yang menampilkan berita, artikel, dan puisi terkait gerakan yang diterbitkan oleh anggota dan mantan anggota Serikat Mahasiswa Universitas.

Kembalinya jurnal merupakan kemunduran ke masa-masa pemberontakan 1988, sebelum munculnya banyak alat telekomunikasi modern, aktivis generasi baru belum memutuskan hubungannya dengan media elektronik sepenuhnya.

The Voice of Spring, yang mulai terbit pada 5 April, menyediakan buletin berita harian kepada para pembacanya, baik dalam bentuk cetak maupun melalui layanan SMS. Seperti jurnal lainnya, ia juga menerbitkan di Facebook, platform media sosial paling populer di Myanmar.

Baca :  KI Jabar Jelaskan Urgensi Keterbukaan Informasi Publik

Pada 1 April, penguasa militer Myanmar telah memerintahkan penyedia layanan internet untuk menutup layanan broadband nirkabel sampai pemberitahuan lebih lanjut. Instruksi untuk menghentikan layanan broadband nirkabel diteruskan ke karyawan salah satu penyedia dalam email yang dilihat oleh Reuters.

Penguasa militer Myanmar juga mengatakan bahwa, penutupan internet seluler saat ini akan terus berlanjut dan menurut undang-undang itu harus mematuhi arahan.

Pada esok hari, Jumat (2/4), aparat keamanan melepaskan tembakan ke sebuah unjuk rasa di Mandalay, melukai empat orang, dua lainnya kritis.

Sementara itu, di penjuru Myanmar, para demonstran meletakkan karangan bunga dengan pesan pembangkangan di lokasi lokasi terbunuhnya para aktivis oleh pasukan keamanan.

Pihak berwenang yang menutup data seluler untuk membungkam penentangan terhadap junta militer yang berkuasa, memerintahkan penyedia internet untuk memutus broadband nirkabel, merampas sebagian besar akses pelanggan.

Baca :  Dituding Dukung Kudeta, Warga Myanmar Demo Kedutaan Indonesia

Di tengah desas-desus rezim yang telah melarang internet seluler, WiFi publik, dan broadband WiFi portabel, berencana menutup internet di negara tersebut, jurnal cetak terbitan para mahasiswa ini menjadi semakin penting.

Jurnal ini didistribusikan di jalan-jalan dan di pasar oleh para aktivis muda. Publikasi ini memiliki keuntungan tambahan dalam menjangkau anggota masyarakat umum yang tidak sepenuhnya terlibat dalam gerakan.

Penerbit Towards and Molotov mengatakan bahwa, mereka mendistribusikan terutama di Yangon; dalam kasus Molotov, itu bahkan mencakup kota-kota yang saat ini berada di bawah darurat militer.

Semantara, jurnal The Voice of Spring tersedia tidak hanya di kota terbesar Myanmar, tetapi juga di daerah pedesaan, kata penerbitnya kepada Myanmar Now.

Reporter: M Ikhsan
Editor: Aru Prayogi
Sumber: Reuters, Myanmar Now

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.